Monday, September 6, 2010

Ci Tarum


Selintas mendengar kata Ci tarum sebuah sungai yang banyak diberitakan sangat kotor dan bau. Setiap musim hujan di sepanjang Ci Tarum di wilayah Bandung Selatan selalu dilanda banjir. Setelah Banjir besar yang melanda daerah tersebut pada tahun 1986, pemerintah membuat proyek normalisasi sungai Citarum dengan mengeruk dan melebarkan sungai bahkan meluruskan alur sungai yang berkelok. Tetapi hasil proyek itu sia sia karena sejak itu tidak ada sosialisasi terhadap masyarakat sekitar sehingga sungai tetap menjadi tempat pembuangan sampah bahkan limbah pabrik pun mengalir ke sungai Citarum. Sehingga sekarang keadaan sungai menjadi sempit dan dangkal, sampah dimana mana, warna airpun hitam pekat. akhirnya sampai kini setiap tahun di musim hujan wilayah Bandung Selatan selalu dilanda banjir, bahkan setiap tahun ketinggian banjir selalu bertambah. Apabila anda berkunjung ke Bandung selatan akan terlihat jelas keadaan Sungai Citarum saat ini.
Panjang aliran sungai ini sekitar 300 km. Hulu Ci Tarum berawal dari lereng Gunung Wayang, di tenggara Kota Bandung, di wilayah Desa Cibeureum, Kertasari, Bandung. Ada tujuh mata air yang menyatu di suatu danau buatan bernama Situ Cisanti di wilayah Kabupaten Bandung. Namun demikian, berbagai anak sungai dari kabupaten bertetangga juga menyatukan alirannya ke Ci Tarum, seperti Ci Kapundung dan Ci Beet. Aliran kemudian mengarah ke arah barat, melewati Majalaya dan Dayeuhkolot, lalu berbelok ke arah barat laut dan utara, menjadi perbatasan Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Bandung Barat, melewati Kabupaten Purwakarta, dan terakhir Kabupaten Karawang (batas dengan Kabupaten Bekasi). Sungai ini bermuara di Ujung Karawang.

Tapi tahukah apa arti kata Ci tarum?  Ci tarum terdiri dari dua kata yaitu Ci artinya sungai atau kali dan Tarum (dari bahasa Sunda), nila, atau indigo (Indigofera, suku polong-polongan atau Fabaceae) merupakan tumbuhan penghasil warna biru alami. Jadi Ci tarum adalah sungai yang banyak terdapat tanaman tarum atau nila.
nila, tarum atau tom
Orang Jawa menyebutnya sebagai tom. Penggunaan zat pewarna pakaian ini terutama dilakukan dalam pembuatan batik atau tenun ikat tradisional dari Nusantara. Zat pewarna indigo, sebagai produk dari tumbuhan ini, juga merupakan komoditi dagang yang penting. Tarum digunakan untuk berbagai jenis tumbuhan penghasil warna biru, kebanyakan dari marga Indigofera. Tarum yang sejati adalah I. tinctoria. Warna biru indigo diperoleh dari rendaman daun (dalam jumlah banyak). Akar tarum atau tarum areuy yang juga sering dipakai orang  adalah Marsdenia tinctoria. Warna biru dihasilkan dari perendaman daun selama semalam. Setelah semalam akan terbentuk lapisan di atas yang berwarna hijau atau biru. Cairan ini lalu direbus, lalu dijemur hingga kering. Tumbuhan ini sangat baik karena menyuburkan tanah dan dapat menahan erosi
Pada mulanya para pengusaha batik menggunakan pewarna alami untuk mewarnai kain batik mereka, yang terbesar berasal dari warna tarum. Kemudian zat pewarna buatan didatangkan dan diperkenalkan kepada para pengusaha batik. Di luar dugaan, pengusaha batik lebih memilih untuk menggunakan pewarna buatan. Ketika pemerintah kolonial Belanda menghentikan impor pewarna buatan pada tahun 1914, reaksi keras datang dari pengusaha batik. Sejak tahun 1914/1915 itulah, pamor tarum terus merosot dan tidak ada yang berusaha mengolah tarum secara lebih mudah.

prasati ciaruteun
Jaman dahulu tarum merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Sunda. Banyak tempat di wilayah Jawa Barat yang dinamai berdasarkan nama tumbuhan ini, diantaranya Citarum, Tarumanagara, Banjar Pataruman, dan Tarumajaya. Dalam perjalanan sejarah Sunda, Ci Tarum erat kaitannya dengan Kerajaan Taruma, kerajaan yang menurut catatan-catatan Tionghoa dan sejumlah prasasti pernah ada pada abad ke-4 sampai abad ke-7. Komplek bangunan kuna dari abad ke-4, seperti di Situs Batujaya dan Situs Cibuaya menunjukkan pernah adanya aktivitas permukiman di bagian hilir. Sisa-sisa kebudayaan pra-Hindu dari abad ke-1 Masehi juga ditemukan di bagian hilir sungai ini.
Sejak runtuhnya Taruma, Ci Tarum menjadi batas alami Kerajaan Sunda dan Galuh, dua kerajaan kembar pecahan dari Taruma.
Ci Tarum juga disebut dalam Naskah Bujangga Manik, suatu kisah perjalanan yang kaya dengan nama-nama geografi di Pulau Jawa dari abad ke-15. Tetapi kini, di bumi tarum sendiri, di Pataruman, di kawasan eks Tarumanagara, termasuk Sungai Citarum, sulit ditemukan atau bahkan tidak ada lagi tumbuhan tarum sehingga masyarakatnya tak mengenalinya lagi.

leuwi malang
Terlepas dari kekurangan citarum yang bau kotor serta mendatangkan musibah, masih ada wilayah aliran Ci tarum yang menarik untuk di jelalahi, diantaranya Sanghyang poek, Sanghyang Tikoro, Leuwi Gobang, Leuwi Malang dan sebagainya